Konsol Generasi Terbaru vs. PC Gaming? Keep Dreaming..
Tidak dapat disangkal memang euphoria Xbox One dan PS4 memang sedang
hangat-hangatnya. Jujur saja, saya sebenarnya tidak tertarik untuk
membahas calon dua saudara sepupu baru PC gaming ini (iya kalo performanya sepadan). Namun ada satu
berita mengejutkan kami, yang bisa Anda baca di sini.
Salah satu kalimat yang menggelitik adalah ucapan Vice President EA
dan CTO (Chief Technology Officer), Rajat Teneja, tentang Xbox One yang
mengatakan demikian, “The compute capabilities of these platforms and
the data transfer speeds we can now bank on, essentially removes any
notion of rationing of systems resources for our game engines. Our
benchmarks on just the video and audio performance are 8-10 times
superior to the current gen. gaming pc systems.”
Bagi yang gagap dengan bahasa ‘bule’, saya artikan demikian (agak kasar yaa) ,
“kemampuan komputasi dari platform ini (Xbox One – Red) dan kecepatan
data transfer yang bisa kita gunakan dapat mempermudah game engine kami
memanfaatkan sistem game resource-nya tanpa kesulitan. Benchmark yang
kami lakukan mengenai performa audio dan video-nya 8-10 kali lebih
kencang dari sistem PC gaming yang ada sekarang ini.”
Saya sangat setuju dengan komentar penulis Tweaktown.com yang
mengatakan bahwa EA mungkin memang perlu Chief Technology Officer yang
baru. Rasanya, EA adalah sebuah publisher yang sangat besar yang banyak
merilis game-game untuk PC namun, entahlah, mungkin sang CTO-nya masih
menggunakan procie Intel Celeron, Intel Atom atau malah AMD Athlon 64.
Mungkin saja dia mengatakan demikian karena alasan tadi, karena mungkin
dia tidak tahu bahwa PC punya platform Intel LGA 2011 yang kencang bukan
main. PC juga punya GTX Titan dan AMD HD 7990 (yang bahkan bisa di SLI
atau CrossFire) yang punya kemampuan komputasi grafis begitu masif.
Mungkin juga sebenarnya dia tahu tapi dia hanya ingin mencari muka di
depan Microsoft.
Jika hanya berbasis pada data dari announce PS4 dan Xbox One yang
dilangsungkan beberapa waktu belakangan(jujur saja, argumen kami juga
mungkin lemah karena kami juga belum melihat bagaimana performa kedua
console masa depan ini nantinya), PC gaming generasi ini masih jauh
sangat superior ketimbang kedua konsol yang dianggap next-gen itu
sekalipun dari segi computing power (raw performance). PS4 dan Xbox One
sama-sama akan menggunakan semi-custom AMD APU yang punya Unified Memory. Dari segi CPU-nya, mungkin keduanya bisa lebih
kencang ketimbang AMD Vishera FX-8350 atau mungkin Intel Core i5 3770K.
Namun ingat, PC gaming juga punya akses ke procie kelas server Core i7
3970X yang tentunya tidak mudah dikalahkan dalam hal kemampuan
komputasinya – ini masih belum menghitung kemampuan Haswell yang akan
dirilis dalam waktu dekat. Belum lagi ketika berbicara GPU (yang lebih
dominan untuk kemampuan komputasi grafis), Xbox One dan PS4 mungkin juga
akan lebih kencang daripada GTX 660Ti ataupun Radeon HD 7850 namun
bagaimana dengan konfigurasi SLI atau bahkan Quad SLI GTX Titan?
Rasanya tidak mungkin juga PS4 dan Xbox One punya GPU yang bisa
mengalahkan GTX 680 atau HD 7970 sekalipun karena melihat casing kedua
konsol itu yang bahkan berukuran lebih kecil dari pada casing mid-tower.
Jika AMD sudah dapat mengakses proses fabrikasi di bawah 22nm, mungkin
saja akan ada GPU yang mampu menampung jumlah transistor yang lebih
banyak ketimbang HD 7970 dengan ukuran yang mampu dijejalkan ke dalam
casing kedua konsol tersebut. Jika tidak, well, jujur kami tidak yakin.
Kami tahu betul jumlah transistor sebuah GPU akan punya pengaruh yang
sangat besar terhadap performa GPU tersebut dan semakin banyak jumlah
transistor yang digunakan, akan semakin besar pula ukuran fisik dari GPU
tersebut – jika memaksakan jumlah transistor yang terlalu banyak pada
ruang yang terlalu sempit, yang akan terjadi ya overheat dalam waktu
singkat. Jangan lupa, ketika kita berbicara soal kemampuan komputasi,
musuh utamanya adalah suhu yang semakin tinggi (Anda pernah masuk ke
dalam ruang server yang dinginnya setengah mati? – karena memang harus
didinginkan sedemikian rupa untuk menjaga stabilitasnya) dan ruang yang
sempit akan semakin memperparah kondisi tersebut. PC desktop punya akses
ke casing-casing Full Tower yang punya ruang jauh lebih lega ketimbang
casing yang akan dipakai Xbox One dan PS4. Beberapa produsen bahkan
punya casing yang ukurannya tidak umum dan lebih besar dari Full Tower,
seperti Cooler Master Cosmos S II ataupun Xigmatek Elysium.
Belum lagi ketika kita berbicara soal raw power, kita juga akan berbicara mengenai kebutuhan daya yang semakin membengkak. Desktop PC tidak pernah menemukan masalah karena hal tersebut karena desktop PC punya akses ke PSU yang berdaya 1200W, atau malah kita bisa pakai dual PSU jika casingnya mengijinkan (ingat Xigmatek Elysium?). Pada beberapa artikel yang lalu, kami pernah berbicara soal energi listrik yang dirubah menjadi kemampuan komputasi dan soal hukum kekekalan energi yang mengatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan ataupun dihilangkan, energi hanya bisa berubah bentuk ke energi lain. Tanpa adanya daya listrik yang besar, tidak akan ada performa PC yang masif. Akhirnya berimbas menjadi semakin tinggi daya listriknya, semakin tinggi pula energi yang terbuang menjadi energi panas. Entahlah mungkin kami salah, mungkin memang kami bukan profesor Fisika, namun bukankah ini basis hukumnya yang tidak dapat dipungkiri?
Soal performa komputasi rasanya kami sudah cukup mengemukakan alasan
kami. Lalu bagaimana dengan fitur-fitur tambahan yang akan diberikan
next-gen console tadi? Well, kalau cuma soal jejaring sosial seperti
Facebook, bahkan ponsel Nokia S40 pun juga bisa mengakses Facebook.
Sharing achievement di Facebook juga sudah bisa kita lakukan dari jaman
Facebook dibuat – malah bahkan sejak jaman tombol Printscreen ditemukan,
Facebook nya saja yang belum ada. Soal browsing pun, pengguna PC punya
akses ke berbagai macam aplikasi browsing dari IE, Chrome, Opera,
Firefox, Safari dan banyak lagi. Apalagi? TV? Ummm, saya pribadi tidak
punya TV konvesional tapi saya bisa menonton TV streaming di PC – dari
channel lokal seperti Metro TV, TV One dan kawan-kawan sampai ke
film-film Hollywood terbaru lewat Netflix. Controller? Argumen inilah
yang saya pribadi paling suka. PC gaming punya akses berbagai macam
kontroler dari mouse, keyboard, gamepad, racing wheel, flight simulator,
malahan kalau Anda mau main game seperti main game di smartphone, Anda
juga bisa membeli monitor layar sentuh. Ini kita belum berbicara tentang
produsen-produsen gaming peripheral yang menawarkan berbagai macam opsi
yang sangat berbeda-beda. Logitech punya sejumlah gamepad, keyboard dan
mouse yang bisa dipilih. Razer dan SteelSeries juga bahkan punya
segudang pilihan mouse gaming menarik.
Akhirnya, seperti yang saya katakan sebelumnya, mungkin argumen kami
masih lemah mengingat kami baru mendapatkan data sementara dan bukan
produk akhir dari konsol tersebut, mungkin bisa saja kami salah. Namun
dari sejumlah alasan yang tadi kemukakan, kami rasa kami cukup logis dan
menjabarkannya dengan gamblang alasan-alasannya. Memang, jika yang
dimaksudkan dengan PC gaming adalah gaming laptop, masih lebih mungkin
konsol next-gen dapat mengalahkan performa komputasinya – meski tetap
sangat kecil. Meski demikian, ketika kita berbicara PC gaming, acuan
utamanya adalah desktop PC, yang merupakan raja dari segala raja gaming
platform.
Your Move, Console Gamers.. or maybe i should say.. Checkmate?
Senin, Mei 27, 2013
|
Label:
Knowledge,
PC Hardware,
Unknown
|
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
Ads!
Clock's Tickin'
This is Me
- MarsaKelana
- A modern high-functioning psychopath, Marsa "TotalFat" Kelana loves everything from space operas, steampunk-themed shooters, some messed-up first person shooter, a mind-blowing graphics from Role Playing Game, real-time tactics, adult MMOs, some disturbing mind-fuckeries, crowd-funded indies to real murder simulators (blame Die by the Sword), even a cute people simulation like The Sims. Wait, no. TotalFat is as tame as cute little kittens, he wouldn't hurt anybody, especially himself.
0 komentar:
Posting Komentar